Menyeimbangkan kebutuhan manusia

Sebagaimana diketahui bahwa Allah Swt. menciptakan manusia paling tidak dengan dua unsur yang ada di dalamnya, yakni jiwa dan raga, jiwa bisa dianggap sebagai indra yang dapat bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat immateri, seperti perasaan, keinginan, kepuasan dan lain sebagainya, sementara raga dapat juga disebut dengan panca indra yang dapat bersentuhan dengan sesuatu yang bersifat materi.
Keberlangsungan hidup kedua unsur manusia tersebut tentu saja akan dapat bertahan di dunia ini jika keduanya mendapatkan asupan kebutuhan, dalam konteks ini disederhanakan dalam bentuk makanan dan minuman. Untuk kebutuhan jasad, tentu saja sebagaimana umumnya manusia melakukannya sehari-hari, yakni makan dan minum. Sementara untuk kebutuhan jiwa, belum tentu semua manusia melakukannya, sebab kebutuhan jiwa bersifat abstrak sehingga tidak jarang terjadi  “kelaparan dan kehausan” yang melanda jiwa manusia.
Agar jiwa terhindar dari “rasa lapar”, Allah Swt telah menyediakan “makanan”-Nya, sebagaimana firman-Nya yang ada dalam surat
Dalam konteks komunal, mengenai “kelaparan dan kehausan” jiwa manusia ini dapat kita lihat dari fenomena yang terjadi di beberapa negara yang sempat melarang rakyatnya mempercayai Tuhan serta memisahkan antara “makanan dan minuman” jiwa dengan makanan dan minuman raga, sebut saja Uni Soviet, China dan Turki.
Sebagaimana diketahui bahwa Allah Swt. Menciptakan manusia dalam keadaan fi ahsani taqwim (dalam sebaik-baik bentuk) pernyataan tersebut tersurat dalam QS: At-Tiin ayat 4,

Comments

Popular posts from this blog

Tasawuf dan Tarekat di Nusantara