Calon Bupati dan Peserta Ujian

Beberapa bulan lagi masyarakat Subang akan merayakan pesta demokrasi yang terbungkus dalam proses Pemilihan Kepala daerah atau pemilihan Bupati, puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan spanduk, baligho mulai marak memenuhi jalan, pasar dan beberapa tempat strategis lainnya, tujuannya tentu saja ingin dikenal oleh masyarakat Subang, atau mungkin empunya spanduk dan baligho tadi sedang “berjualan” agar ada partai politik yang “membelinya”.
Hampir di waktu yang bersamaan, siswa Kelas 6 MI/SD, kelas 3 MTs/SMP dan MA/SMA/SMK  telah, sedang dan akan mengikuti Ujian Nasional, lupakan saja dulu soal keterlambatan distribusi soal UN. Tentu saja, kita pun pernah mengikuti Ujian yang sama, walau mungkin dengan regulasi yang berbeda. Dalam menghadapi Ujian, mayoritas siswa, (mungkin kita juga sama, tapi sepertinya tak perlu diungkapkan di sini) strategi yang digunakan adalah SKS (Sistem kebut Semalam) dampak yang diharapkan dengan strategi tersebut tentu saja ingatan yang kuat pada materi pelajaran, bukankah dulu kita pun seperti itu?, sekali lagi, tak perlu menyebutkan masa lalu kita disini.
Mirip dengan siswa tadi, para calon bupati ini pun sepertinya menggunakan strategi yang sama, yakni SKS (Sistem Kebut Se-semester), dampak yang diharapkan dengan strategi tersebut tentu saja adalah ingatan yang kuat dalam diri masyarakat mengenai sosoknya, paling tidak namanya, sehingga nanti di TPS bisa memilihnya.
Kembali lagi ke pelajar, jika saja pelajar ini sejak awal belajar dengan rajin, berdoa dengan khusu sejak dulu, tentu saja tak perlu melakukan SKS ini, ya bolehlah jika sebatas “pemanasan otak” saja. Karena belajar sejak dari awal pasti sudah cukup, apalagi sampai menguasai semua materi pelajaran, lebih hebat lagi selain belajar juga dibarengi dengan doa, jika sudah seperti itu sudah hampir bisa dipastikan pelajar tersebut akan lulus, karena soal yang dikeluarkan tentu saja tidak akan tertukar, masa iya ujian MI/SD materi soalnya pelajaran MTs/SMP?
Begitu pun dengan para (bakal) calon bupati yang poto-potonya terpampang dengan lebar di beberapa titik di Subang, jika saja sejak awal mereka melakukan terobosan dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan masyarakat walau dengan tujuan untuk menggalang dukungan,  tak perlu melakukan SKS seperti ini. Bukan bermaksud hendak memangkas pemasukan tukang sablon/spanduk, tapi yang ingin disampaikan, sedikit meniru bahasa ABG jaman sekarang, “Kemana aja lo (bakal) calon bupati??? kok baru nongol sekarang?”
Semoga Masyarakat Subang mendapatkan pemimpin yang diridlai oleh Allah Swt. dan bisa meningkatkan kualitas Subang dari berbagai dimensi.

Comments

Popular posts from this blog

Tasawuf dan Tarekat di Nusantara