PENDEKATAN SEJARAH DALAM STUDI ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Historis merupakan bahasa asing
yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, terutama sekali dalam
kehidupan akademik. Historis sendiri berasal dari kata history, yang artinya adalah sejarah. Kehidupan yang menyangkut
kehidupan manusia di masa lampau bisa dikatakan sebagai sejarah.
Manusia dan sejarah bagaikan dua
sisi mata uang, keduanya memiliki suatu keterkaitan yang erat. Tanpa sejarah,
patut dipertanyakan eksistensi manusia sebagai makhluk hidup yang tinggal dan
menetap. tanpa manusia, sejarah pun menjadi kosong tanpa arti, karena sejarah sendiri
didalamnya terdiri dari kejadian-kejadian yang menjadikan manusia sebagai
objeknya, manusia adalah “actor tunggal” dalam melihat sejarah, jika kemudian
yang dijadikan objek dalam melihat masa lalu adalah bukan manusia, katakanlah
alam raya atau alam semesta maka hal itu bukanlah sejarah, jika ingin dijadikan
sejarah maka alam raya atau alam semesta tersebut mesti dikorelasikan dengan
kehidupan manusianya.
Semua aspek kehidupan tidak lepas dari faktor sejarah, dengan manusia
sebagai tokoh sentralnya. Karena manusia dianugerahi akal pikiran oleh Tuhan
Yang Maha Esa, maka sudah selayaknya manusia mampu mengambil hikmah atau
pelajaran dalam membaca dan melihat sebuah sejarah, Dengan sejarah tentu
manusia dapat belajar tentang kesalahan manusia di masa lampau untuk kemudian
menjadikan masa kini dan masa depan menjadi lebih baik dari masa lalu tersebut.
Sejarah memang tidak akan terulang, karena jarak
waktu memisahkan manusia masa kini dengan masa lalu, namun demikian jika
diperhatikan lebih lanjut kehidupan masa lalu pun bisa terjadi di masa kini, hal
inilah kemudian yang melahirkan sebuah istilah sejarah mungkin berulang kembali. Tapi yang perlu ingat adalah,
waktu, tempat, pelaku, dan kejadian pasti tidak akan terulang kembali, kita
hanya bisa melihat sebuah fenomenannya saja, namun realita atau fakta dari
kejadian itu pastilah berbeda. Seperti misalnya fenomena tentang politik,
ekonomi sampai pada agama.
Agama sendiri merupakan
suatu sistem kepercayaan yang kompleks, mencangkup seluruh ranah kehidupan
manusia. Oleh karena itu agama dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, baik
dari sisi filosofis, sosiologis, fenomenologis, maupun historis. Khususnya
agama Islam yang berkembang selama empat belas abad, yang telah menorehkan
berbagai macam catatan sejarah. Sejak diangkatnya Muhammad saw sebagai Rasul
Allah, Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayah, Dinasti Abasiyah, sampai sekarang
ini. Oleh karena itu dalam mengkaji dan memahami Islam dapat dilakukan dari
berbagai sudut pandang, salah satunya sudut pandang sejarah.
Untuk itu dalam tulisan yang sederhana ini
kami akan mencoba menyampaikan sebuah makalah yang diberi judul: Pendekatan Historis: Pengertian
Dan Cara Kerja Penelitiannya Tentang Agama
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
metode penelitian sejarah ?
2.
Bagaimana cara
kerja penelitiannya terhadap agama ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Metode
Penelitian Sejarah/history
a. Pengertian
Dalam sejarah memang perlu adanya sebuah penelitian,
karena sejarah adalah ilmu pengetahuan yang sistematis dari subjek yang pasti
adanya. Sebuah penelitian tentu saja memiliki objek yang akan diteliti dan objek
sentral penelitian sejarah adalah manusia, oleh karena itu sejarah termasuk
ilmu pengetahuan sosial.
Sebelum melakukan penelitian para sejarawan harus
menggunakan metode penelitian. Dengan demikian metode sejarah dipandang sebagai
alat atau sarana bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian dan penulisan
sejarah.
Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode
sejarah. Metode itu sendiri berarti
cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Metode di sini
dapat dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah “science of
methods” ,yakni ilmu yang membicarakan jalan.
Sementara yang dimaksud dengan penelitian adalah
penyelidikan yang saksama dan teliti terhadap suatu subjek untuk menemuka
fakta-fakta guna menghasilkan produk baru, memecahkan suatu maslah, atau untuk
menyokong atau menolak suatu teori.
Oleh karna itu, metode sejarah dalam
pengertiannya yang umum adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan
mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif sejarah atau historis
Sedangkan menurut Gilbert. J Garraghan (1975) bahwa
metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan atau prinsip sistematis
untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif. Menilainya secara
kritis dan mengajukan sintesis dari hal-hal yang dicapai dalam bentuk tertulis.
Menurut Louis Gottschalk, (1975) mengatakan metode
sejarah adalah suatu kegiatan mengumpulkan, meguji dan menganalisa data yang
diperoleh dari peninggalan-peninggalan masa lampau kemudian direkonstruksikan
berdasarkan data yang diperoleh sehingga menghasilkan kisah sejarah.[1]
Dengan demikian, pengertian metode penelitian
sejarah kurang lebih adalah seperangkat aturan atau prinsip sistematis untuk
mengumpulkan sumbersumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan
mengajukan sintesis dari hal-hal yang dicapai dalam bentuk tertulis
b.
Langkah-langkah
penelitian sejarah
Dalam penelitian agama dengan pendekatan penelitian
sejarah mensistematisasikan langkah-langkah itu sebagai berikut:
1.
Pengumpulan
objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tercetak,
tertulis dan lisan yang relevan, langkah awal dalam penelitian sejarah ini
disebut dengan Heuristic.
2.
Menyingkirkan
bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak autentik, langkah yang
kedua ini disebut dengan Verivikasi atau kritik sumber.
3.
Menyimpulkan kesaksian
yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang autentik, langkah yang ketiga
ini disebut dengan Interprestasi, dalam tahap ini diperlukan pengetahuan
interdisipliner agar mendapatkan penafsiran yang relevan.
4.
Penyusunan
kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang
berarti, tahap yang terakhir ini dinamakan dengan Historiografi
[2]
Historiografi dapat dikatakan sebagai puncak dari rangkaian
kerja seorang peneliti sejarah, dan dari tahapan inilah dapat diketahui “baik
buruknya” hasil kerja secara keseluruhan.
Dengan demikian setiap langkah ini biasa juga
disebut secara berurutan dengan: heuristic, verifikasi atau kritik, interprestasi, dan
historiografi. Sebelum keempat langkah ini, ada satu kegiatan yang cukup penting, sehingga
tahapan kegiatan penelitian sejarah tersebut oleh Kuntowijoyo ditambahkannya
menjadi lima tahap yakni diawali dengan pemilihan
topik dan rencana penelitian.[3]
Dengan demikian langkah-langkahnya adalah; pemilihan topik, heuristic,
verifikasi, intrepertasi dan historiografi.
Topik penelitian adalah masalah atau objek yang harus
dipecahkan melalui penelitian ilmiah. Topik tidak sama dengan judul, karena
yang dimaksud dengan judul adalah “abstraksi” dari masalah atau topik yang
dirumuskan dalam bentuk kalimat. Sebagai contoh perbedaan antara topik dan
judul ialah karya Harry J. Benda. Sejarawan ini memilih topik “Islam di
Indonesia dalam masa penduduk Jepang”, lalu hasil penelitiannya itu diberi
judul “The crescent and the rising sun (Bulan
Sabit dan Matahari Terbit): Indonesia Islam under the Japanese
Occupation”. Dalam judul ini, ternyata masih
diperlihatkan juga topik penelitiannya sehingga bisa saja memang topik
penelitian itu sebagai judul penelitiannya.[4]
B. Pendekatan Sejarah/History Dalam Penelitian Agama
a.
Pedekatan Sejarah dalam Penelitian Agama
Setelah kita memahami metode dalam penelitian
sejarah, langkah selanjutnya adalah mengaplikasikan metode tersebut dalam
penelitian agama atau dengan kata lain, melakukan penelitian agama dengan
menggunakan pendekatan sejarah.
Pendekatan sejarah lebih mengutamakan orientasi
pemahaman atau penafsiran terhadap fakta sejarah. Dalam hal ini, sejarah
perperan sebagai metode analisis.
Penelitian menggunakan pendekatan sejarah dalam
memahami agama dapat ditempuh dengan dimulai dari penentuan topik penelitian
berdasarkan asumsi atau problematika ilmiah di sekitar sejarah agama. Kemudian
di susun proposal penelitian yang berisi penjelasan arti penting suatu masalah
yang akan diteliti, kerangka metodologis, dan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam kegiatan penelitian.
Pengumpulan sumber sejarah (heuristik)
dilakukan terhadap berbagai sumber sejarah agama yang mempunyai nilai akurat,
autentik, dan kredibel, sehingga dalam penelitian dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Sumber-sumber yang diperoleh perlu dipertimbangkan apakah
termasuk sumber primer atau sumber skunder, yakni sumber yang langsung atau
tidak langsung memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa agama dalam
sejarah.[5]
Setelah melakukan pemilihaan topik, tahapan kedua yang harus
dilakukan adalah tahapan heuristic, yaitu pengumpulan data-data yang
mempunyai relevansi dengan topik yang sudah ditentukan. Dalam tahapan ini,
sumber sejarah merupakan salah satu yang menentukan kualitas pendekatan. Oleh
karena itu yang perlu diperhatikan dalam hal sumber sejarah ini adalah akurasi,
dan otentisitasnya sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Adapun jenis
sumber sejarah itu sendiri antara lain :
a.
Sumber tertulis, seperti prasasti, manuskrip,
arsip, segala dokumen, kitab-kitab, serat, babad, hikayat, buku, majalah,
dan sebagainya. Semuanya dapat dikumpulkan faktanya melalui telaah teks atau library
research.
b.
Sumber visual, dan audio visual,
yaitu foto, film, video, kaset, laser disk, CD ROM, dan sebagainya. Sumber
semacam ini ditela’ah melalui pengamatan.
c.
Benda-benda sejarah yang dapat
memberikan dan menjadi bukti sejarah.
d.
Sumber lisan, yaitu penuturan lisan
dari pelaku sejarah dan atau penyaksi adanya peristiwa sejarah. Pengumpulan
data terhadap sumber tersebut dapat dilakukan dengan metode wawancara.
Sumber-sumber di atas, dalam proses pengumpulannya perlu
dipertimbangkan apakah ia termasuk sumber primer, yaitu sumber langsung asli
sebagai jejak-jejak sejarah, ataukah ia termasuk sumber sekunder, ialah
sumber tidak langsung yang memberikan informasi adanya peristiwa sejarah.
Sumber sejarah tertulis dapat dicari di banyak tempat, terutama
pusat arsip dan perpustakaan-perpustakaan. Kesulitan pencarian sumber biasanya
terjadi karena permasalahan sejarah yang diteliti merupakan peristiwa yang
sudah terlalu lama, misalnya dalam sejarah Islam sumber-sumber tertulis masa
Nabi hingga abad pertengahan sudah sangat langka. Adapun sumber lisan,
seyogyanya adalah manusia pelaku/penyaksi sejarah, keberadaannya perlu dicari
dan berpacu pada usianya. Penggunaan sumber lisan ini akan lebih kredibel bagi
penelitian sejarah kontemporer.
Untuk mengurangi kesulitan di dalam menghadapi berbagai sumber
sejarah, dan dalam rangka menghemat waktu serta ketepatan sumber, maka
diperlukan seleksi sumber sejarah berdasarkan relevansinya terhadap penulisan
yang akan dikerjakan. Bagi sumber-sumber yang relevan (benar-benar mendukung
dan berhubungan) dengan penulisan sejarah agama diambil, sedangkan sumber yang
tidak relevan lebih baik diabaikan. Sumber-sumber yang benar-benar memiliki
nilai relevan itu, kemudian dikaji ulang secara teliti dengan menggunakan
metode kritik yang berlaku dalam metode sejarah.
Tahapan yang ketiga adalah pemilihan data. Pemilihan data ini
dilakukan dengan cara menyeleksi sumber sejarah melalui kritik sejarah. Kritik
sejarah ini dilakukan terhadap dua hal, yaitu kritik terhadap sisi eksternal sumber
dan kritik terhadap sisi internal sumber.
Kritik eksternal, yaitu kritik terhadap sisi fisik sumber. Apakah
bahan yang dipakai itu asli, apakah tulisan tintanya juga asli dan sebagainya.
Intinya di sini mempertanyakan keaslian (otentisitas) sumber sejarah.
Kritik internal, yaitu kritik terhadap isi sumber. Apakah isi dari
pernyataan sumber itu dapat dipercaya? Caranya dengan membandingkan beberapa
sumber yang sama. Apabila isi dari sumber itu sama benar, maka sumber itu
dinyatakan dapat dipercaya kebenarannya.
Tahapan yang keempat adalah tahapan interpretasi data. Tahapan ini
merupakan proses pendekatan sejarah yang tidak terpisahkan dari langkah
berikutnya, yaitu penulisan sejarah. Yang dimaksud interpretasi dalam hal ini
adalah proses analisis terhadap fakta-fakta sejarah, atau bahkan proses
penyusunan fakta-fakta sejarah itu sendiri.
Seperti dikemukakan di depan, bahwa fakta sejarah haruslah
objektif, tetapi tidaklah berarti peneliti tidak ada peluang untuk menerangkan
fakta itu atas dukungan teori yang dimilikinya. Oleh karena itu proses
interpretasi sejarah juga dimungkinkan masuk unsur-unsur subjektif peneliti,
terutama gaya bahasa dan sistem kategorisasi atau konseptualisasi terhadap
fakta-fakta sejarah berdasarkan teori yang dikembangkannya.
Tahapan yang terakhir adalah tahapan penulisan data. Dalam
pendekatan sejarah, penulisan sejarah merupakan proses rekonstruksi sejarah.
Dalam hal ini kerangka penulisan yang sudah dipersiapkan menjadi patokan, dan
pola penulisan dimaksud tergantung kepada penulis, apakah penyusunannya
berdasarkan pola yang dikembangkan secara urut waktu atau periodesasi ataukah
didasarkan kepada tema-tema unik sesuai peristiwa sejarah.
Demikian pula model pemaparan atas fakta-fakta sejarah dapat
ditempuh secara deduktif maupun induktif. Suatu hal yang penting dicatat,
bahwa penulisan sejarah biasa dikembangkan secara kualitatif, sehingga antara
deskripsi fakta dan analisisnya merupakan satu kesatuan di dalam pemaparan
sejarah.
Dalam hal ini, Badri Yatim dalam salah satu kesimpulannya tentang
penulisan sejarah, mengatakan bahwa pengerjaan ilmu sejarah tidak saja menuntut
kemampuan teknis dan wawasan teori, tetapi juga integritas yang tinggi. Karena
itu, dalam melakukan studi sejarah, sejarawan sering harus meninjau
kecenderungan pribadinya.[6]
Penelitian sejarah agama dapat ditempuh dengan
dimulai dari penentuan topik penelitian berdasarkan asumsi atau problematika ilmiah
di sekitar sejarah agama, seperti misalnya adalah topik tentang Sejarah “Agama”
di Kabupaten Subang, Jawa Barat, kemudian
disusun proposal penelitian.
Di dalam proposal ini dijelaskan arti penting suatu
masalah yang akan diteliti, kerangka metodologis, dan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam kegiatan penelitian.
Tahap selanjutnya adalah pengumpulan sumber sejarah (heuristic)
dilakukan terhadap berbagai sumber sejarah agama yang mempunyai nilai akurat,
missalnya adalah makam tokoh penyebar agama di Subang, benda-benda, manuskrip
atau tulisan serta cerita yang berkaitan dengan tokoh tersebut dan kegiatannya
dalam penyebaran agama di Subang, tentu
saja hal itu mesti autentik dan kredibel, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, selain itu juga akan mempermudah dalam melakukan tahapan
selanjutnya.
Setelah data-data terkumpul, langkah yang harus
dilakukan dalam tahap ketiga adalah melakukan verifikasi atau kritik terhadap
sumber tersebut, apakah misalnya makam
tokoh itu asli ataukah makam itu patilasan, atau misalnya benda-benda
yang dikaitkan dengan tokoh ini autintik
atau tidak, dalam benda-benda, manuskrip
dan tulisan-tulisan yang beredar mengenai tokoh penyebar agama di Subang ini
bisa dibandingkan dengan tokoh Subang yang lainnya, sehingga diharapkan dengan
melakukan verifikasi itu sumber yang kita dapatkan benar-benar otentik.
Ketika sudah dilakukan pemilahan dan pemilihan dalam
sumber sejarah yang dilakukan melalui proses verifikasi dan ktitik sumber,
tahapan yang keempat adalah melakukan interpretasi atau penafsiran atas sumber
yang ada, seperti misalnya menafsirkan benda, manuskrip dan tulisan tentang
penyebaran agama di Subang, bukti-bukti dan lain sebagainya, sehingga dapat
memahami maksud dalam benda, manuskrip atau tulisan tersebut.
Tahapan yang terakhir adalah penulisan atau
historiografi, yaitu melakukan “rekonstruksi” sejarah “agama” di Kabupaten Subang
yang dituangkan dalam sebuah tulisan.
BAB III
PENUTUP
Metode
penelitian sejarah adalah ilmu yang membicarakan jalan untuk menyelidiki dan
meneliti suatu subjek untuk menemukan fakta-fakta guna menghasilkan produk
baru, memecahkan suatu masalah, atau untuk menyokong atau menolak suatu teori
dengan mengaplikasikan jalan pemecahannya dari perspektif historis.
Dalam melakukan penelitian agama dengan menggunakan pendekatan
sejarah, ada lima tahap yang harus dilalui, yaitu pemilihan
topik, heuristic, verifikasi, intrepertasi dan historiografi.
Pendekatan
sejarah ini mengutamakan oreintasi pemahaman atau penafsiran terhadap fakta
sejarah, sejarah tersebut berperan sebagai metode analisis, karena
sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya
suatu kejadian, maka agama sebagai sasaran penelitian haruslah dijelaskan
fakta-faktanya melalui kelima tahapan itu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung, Metode
Penelitian Sejarah, (Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu; 1999), cet. II
Gottschalk, Louis, Penj. Nugroho Notosusanto, Mengerti
Sejarah, (Jakarta: UI-Press, 1983)
Listiyani, Dwi Ari, Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan nasional; 2009)
Usman, Hasan, Metode Penelitian Sejarah(
Jakarta: Departemen Agama, 1986),
Yatim, Badri, Drs., MA, Historiografi Islam, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu; 1997), Cet. I
[1] Dwi Ari Listiyani, Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: pusat perbukuan departemen pendidikan nasional; 2009), hal. 52
[2] Louis Gottschalk , Penj. Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah,
(Jakarta: UI-Press, 1983), hal. 18
[3] Dudung Abdurrahman, Metode
Penelitian Sejarah, (Ciputat, PT. Logos Wacana Ilmu; 1999), cet. II, hal.
44
[4] Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta:
Departemen Agama, 1986), hal.
Comments
Post a Comment