Klasifikasi & Hirarki lmu
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sepanjang sejarahnya manusia dalam usahanya memahami dunia
sekelilingnya mengenal dua sarana, yaitu pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) dan penjelasan gaib(mystical exploitation). Kini di
satu pihak manusia memiliki sekelompok pengetahuan yang sistematis dengan
berbagai hipotesis yang telah dibuktikan kebenarannya secara sah, tetapi
dipihak lain sebagian mengenal pula aneka keterangan gaib yang tidak mungkin
diuji sahnya untuk menjelaskan rangkaian peristiwa yang masih berada di luar
jangkauan pemahamannya. Di antara rentangan pengetahuan ilmiah dan penjelasan
gaib itu terdapatlah persoalan ilmiah yang merupakan kumpulan hipotesis yang
dapat diuji, tetapi belum secara sah dibuktikan kebenarannya.
Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (study),
penyelidikan(inquiry), usaha menemukan (attempt to find),
atau pencarian (search). Oleh karena itu, pencarian biasanya
dilakukan berulang kali, maka dalam dunia ilmu kini dipergunakan istilahresearch (penelitian)
untuk aktivitas ilmiah yang paling berbobot guna menemukan pengetahuan baru.
Dari aktivitas ilmiah dengan metode ilmiah yang dilakukan para ilmuwan dapatlah
dihimpun sekumpulan pengetahuan yang baru atau disempurnakan pengetahuan yang
telah ada, sehingga di kalangan ilmuwan maupun para filsuf pada umumnya
terdapat kesepakatan bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan pengetahuan yang
sistematis.
Pengetahuan yang telah disempurnakan atau yang dikenal dengan
sebutan ilmu itu bermacam-macam. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahas berbagai macam ilmu yang dikemukakan para ilmuwan guna mengingat
pentingnya mengetahui dan mempelajari ilmu tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana
pengklasifikasian ilmu?
2) Bagaimana
hierarki ilmu?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Istilah Ilmu Pengetahuan merupakan suatu pleonasme[1]),
yaitu pemakaian lebih daripada satu kata yang maknanya sama. Dalam bahasa
Inggris science (ilmu) tidak sama dengan pengetahuan. Ilmu
bermakna ganda:
· Menurut
cakupannya = ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan.
· Ilmu
menunjuk kepada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari suatu
pokok soal tertentu.
· Istilah science Inggris
kadang-kadang diberi arti khusus lebih terbatas lagi, yaitu sebagai pengetahuan
sistematis mengenai dunia fisik atau material.
Pengetahuan
= paling umum. Para filsuf cenderung terdapat pemahaman bahwa ilmu adalah
kumpulan yang sistematis dari pengetahuan. Pengertian ilmu sebagai Pengetahuan
= sesuai dengan asal-usul istilah science = Latin “scientia”
= scire = to know, to learn. Akhirnya Ilmu dapat difenisikan sebagai
rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagagi metode
sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis untuk mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.
B. Klasifikasi Ilmu
Klasifikasi atau penggolongan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Pemunculan suatu
cabang ilmu baru terjadi karena beberapa factor. Bert Hoselitz[2]) menyebut
adanya tiga hal sebagai berikut. Pembentukan suatu disiplin khusus yang baru
dalam bidang ilmu manapun berkaiatn dengan tiga syarat. Pertama, yaitu
eksistensi dan pengenalan seperangkat problem-problem baru yang menarik
perhatian beberapa penyelidik. Kedua, yaitu pengumpulan
sejumlah cukup data yang akan memungkinkan penggerapan
generalisasi-generalisasi yang cukup luas lingkupnya untuk menunjukkan
ciri-ciri umum problem-problem yang sedang diselidiki. Ketiga, yaitu
pencapaian pengakuan resmi atau institusional terhadap disiplin batu itu.
Dengan berkembangnya demikian banyak cabang ilmu khusus,
timbullah masalah pokok tentang penggolongan ilmu-ilmu itu atau pembagiannya.
Klasifikasi merupakan pengaturan yang sistematik untuk menegaskan definisi
sesuatu cabang ilmu, menentukan batas-batasnya dan menjelaskan saling
hubungannya dengan cabang-cabang yang lain. Ada beberapa pandangan yang terkait
dengan klasifikasi ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1) Pada
Zaman Purba dan Abad Pertengahan
Pembagian ilmu pengetahuan pada zaman ini berdasarkan “artis
liberalis” atau kesenian yang merdeka, yang terdiri atas
dua bagian yaitu:
a) Trivium atau
tiga bagian yaitu:
· Gramatika,
bertujuan agar manusia dapat berbicara yang baik.
· Dialektika,
bertujuan agar manusia dapat berpikir baik, formal dan logis.
· Retorika,
bertujuan agar manusia dapat berbicara dengan baik.
b) Quadrivium atau
empat bagian yaitu:
· Aritmatika
yaitu ilmu hitung.
· Geometrika
yaitu ilmu ukur.
· Musika
yaitu ilmu musik.
· Astronomia
yaitu ilmu perbintangan.
2) The
Liang Gie
The Liang Gie membagi pengetahuan ilmiah berdasarkan dua hal,
yaitu ragam pengetahuan dan jenis pengetahuan. Pembagian ilmu menurut ragamnya
mengacu pada salah satu sifat atributif yang dipilih sebagai ukuran. Pembagian
ini hanya menunjukkan sebuah ciri dari sekumpulan pengetahuan ilmiah. Sifat
atributif yang akan dipakai dasar untuk melakukan pembagian dalam ragam ilmu
adalah sifat dasar manusia yang berhasrat mengetahui dan ingin berbuat. Dengan
demikian The Liang Gie[3]) membagi
ilmu dibedakan menjadi dua ragam, yaitu ilmu teoritis(theoretical science) dan
ilmu praktis (practical science).
Pembagian selanjutnya sebagai pelengkap pembagian menurut ragam
adalah pembagian ilmu menurut jenisnya. Menurut The Liang Gie ada enam jenis
objek material pengetahuan ilmiah, yaitu ide abstrak, benda fisik, jasad hidup,
gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda.
Berdasarkan enam jenis pokok soal di atas, the Liang Gie membagi
ilmu menjadi tujuh jenis, yaitu seperti yang digambarkan pada tabel berikut:
No.
|
Jenis Ilmu
|
Ragam Ilmu
|
|
Ilmu Teoritis
|
Ilmu Praktis
|
||
1.
|
Ilmu-ilmu
matematis
|
Aljabar
Geometri
|
Accounting
Statistik
|
2.
|
Ilmu-ilmu
fisis
|
Kimia
Fisika
|
Ilmu
keinsinyuran
Metalurgi
|
3.
|
Ilmu-ilmu
biologi
|
Biologi
molekuler
Biologi sel
|
Ilmu pertanian
Ilmu
peternakan
|
4.
|
Ilmu-ilmu
psikologis
|
Psikologi
eksperimental
Psikologi
perkembangan
|
Psikologi
pendidikan
Psikologi
perindustrian
|
5.
|
Ilmu-ilmu
sosial
|
Antropologi
Ilmu ekonomi
|
Ilmu
administrasi
Ilmu marketing
|
6.
|
Ilmu-ilmu
linguistik
|
Linguistik
teoritis
Linguistik
perbandingan
|
Linguistik
terapan
Seni
terjemahan
|
7.
|
Ilmu-ilmu
interdisipliner
|
Biokimia
Ilmu
lingkungan
|
Farmasi
Ilmu
perencanaan kota
|
3) Cristian
Wolff
Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Wolff
menjelaskan pokok-pokok pikirannya mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan itu
sebagai berikut:
1. Dengan
mempelajari kodrat pemikiran rasional, dapat ditemukan sifat yang benar dari
alam semesta.
2. Pengetahuan
kemanusiaan terdiri atas ilmu-ilmu murni dan filsafat praktis.
3. Ilmu-ilmu
murni dan filsafat praktis sekaligus merupakan produk berpikir deduktif.
4. Seluruh
kebenaran pengetahuan diturunkan dari hukum-hukum berpikir.
5. Jiwa
manusia dalam pandangan Wolff dibagi menjadi tiga yaitu mengetahui, menghendaki
dan merasakan.
Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Wolff ini dapat diskemakan
sebagai berikut:
a) Ilmu
pengetahuan Empiris
ü kosmologis empiris
ü psikologi empiris
b) Matematika
ü Murni: aritmatika, geometri, dan
aljabar.
ü Campuran: mekanika, dan lain-lain.
c) Filsafat
ü Spekulatif (metafisika):
umum-ontologi, dan khusus; psikologi, kosmologi, theologi.
ü Praktis: intelek-/Logika, kehendak;
ekonomi, etika, politik, dan pekerjaan fisik; teknologi.
4) Auguste
Comte
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan
Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang
menunjukkan bahwa gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil
terlebih dahulu. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte
sebagai berikut:
a. Ilmu
Pasti (Matematika) merupakan dasar bagi semua ilmu pengetahuan.
b. Ilmu
Perbintangan (Astronomi) dapat menyusun hukum yang bersangkutan dengan gejala
benda langit.
c. Ilmu
Alam (Fisika) merupakan ilmu yang lebih tinggi dari ilmu perbintangan.
d. Ilmu
Kimia (Chemistry), gejala-gejala dalam ilmu kimia lebih
kompleks daripada ilmu alam.
e. Ilmu
Hayat (Fisiologi atau Biologi) merupakan ilmu yang kompleks dan berhadapan
dengan gejala kehidupan.
f. Fisika
Sosial (Sosiologi) merupakan urutan tertinggi dalam penggolongan ilmu
pengetahuan.
Atau secara garis besar dapat diskemakan sebagai berikut:
A. Ilmu Pengetahuan; a. Logika
(matematika murni); b.Ilmu pengetahuan empiris: astronomi, fisika, kimia,
biologi, sosiologi.
B. Filsafat: a.
Metafisika; b. filsafat ilmu pengetahuan: pada umumnya; pada khususnya.
5) Karl
Raimund Popper
Popper mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan manusia dapat
dikelompokkan ke dalam tiga dunia (world)[4]),
yaitu dunia 1, dunia 2, dan dunia 3. Popper menyatakan bahwa dunia 1 merupakan
kenyataan fisis dunia, sedang dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis
dalam diri manusia, dan dunia 3 yaitu segala hipotesis, hukum, dan teori
ciptaan manusia dan hasil keja sama antara dunia 1 dan dunia 2, serta seluruh
bidang kebudayaan, seni, metafisik, agama, dan sebagainya.
Kalau diskematisasikan, maka hubungan antara ketiga dunia
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Dunia
1 Dunia
3 Dunia
2
Kenyataan
fisis Hipotesis,
hokum,
teori Kenyataan
psikis
Dunia (ciptaan
manusia) dalam
diri manusia
Karya
Ilmiah Studi
Ilmiah Penelitian
Ilmiah
6) Thomas
S.Kuhn
Thomas S.Khun berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan
ilmiah bersifat revolusioner, bukan kulatif sebagaimana anggapan sebelumnya.
Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigma[5]),
yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktik
ilmiah konkret. Menurut Khun cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi
ilmiah dapat digambarkan ke dalam tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap pertama, paradigma ini
membimbing dan mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa ilmu normal
(normal science). Selama menjalankan aktivitas ilmiah para ilmuwan
menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma
yang dipergunakan sebagai bimbingan atau arahan aktivitas ilmiahnya,
ini dinamakan anomali. Tahap kedua, menumpuknya anomali
menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma. Tahap
ketiga,para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang sama
dengan memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandingan yang dipandang
bias memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya.
Gambaran ketiga tahap tersebut dapat diskematisasikan sebagai
berikut:
PARADIGMA
Dalam
Masa Normal Science
ANOMALI
PARADIGMA
BARU
Revolusi
ilmiah
7) Jurgen
Habermas
Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan
sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu, pengetahuan yang dihasilkan, akses
kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ignas Kleden
menunjukkan tiga jenis metode ilmiah berdasarkan sifat dan jenis ilmu seperti
terlihat dalam bagan berikut:
Sifat Ilmu
|
Jenis Ilmu
|
Pengetahuan yang Dihasilkan
|
Akses kepada Realitas
|
Tujuan
|
Empiris-Analitis
|
Ilmu alam dan
social empiris
|
Informasi
|
Observasi
|
Penguasaan
teknik
|
Historis
hermeneutis
|
Humaniora
|
Interpretasi
|
Pemahaman arti
via bahasa
|
Pengembangan
inter subjektif
|
Sosial-kritis
|
Ekonomi,
sosiologi, politik
|
Analisis
|
Self-Reflextion
|
Pembebasan
kesadaran non-reflektif
|
Ignas Kleden menunjukkan pandangan Habermas tentang ada tiga
kegiatan utama yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan dan
bentuk pengetahuan manusia, yaitu kerja, komunikasi, dan kekuasaan.
8) Francis
Bacon
Francis Bacon mendasarkan klasifikasi ilmunya pada subjeknya,
yaitu daya manusia untuk mengetahui sesuatu. Berdasarkan hal tersebut, ia
membeda-bedakannya sebagai berikut:
a) Ilmu
pengetahuan ingatan yaitu membicarakan masalah-masalah atau kejadian yang telah
lalu, meskipun dimanfaatkan untuk masa depan.
b) Ilmu
pengetahuan khayal yaitu membicarakan kejadian-kejadian dalam dunia khayal,
meskipun berdasar dan untuk keperluan dunia nyata.
c) Ilmu
pengetahuan akal yaitu umumnya pembahasannya mengandalkan diri pada logika dan
kemampuan berfikir.
Klasifikasi tersebut tidak dapat dibenarkan apabila apabila
pemikiran kita berpangkal pada pandangan bahwa kita tidak akan mungkin mengenal
dengan akal, ingatan, atau daya khayal semata, tetapi dengan seluruh pribadi
kita.
9) Aristoteles
Aristoteles memberikan suatu klasifikasi berdasarkan objek
formal yaitu ilmu teoritis (spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Ilmu
teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu sendiri, yaitu untuk keperluan
perkembangan ilmu. Ilmu praktis yaitu ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari
norma atau ukuran begi perbuatan kita. Poietis yaitu ilmu pengetahuan yang
bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat, dan teknologi.
10) Wilhelm Windelband
Wilhelm Windelband
membeda-bedakan ilmu pengetahuan alam (naturwissenschaf) dan
ilmu srjarah (geschichtswissenschaft)[6]). Menurutnya,
kedua jenis ilmu pengetahuan itu tidak berbeda dalam hal objeknya karena
objeknya satu yaitu kenyataan. Adapun perbedaannya terletak pada metode. Metode
untuk naturwissenschaf disebut nomotetis yaitu berhubungan
dengan nomos atau norma yang menunjuk pada adanya usaha untuk
membuat hal umum atau generalisasi. Sedangkan geschichtswissenschaft menggunakan
metode ideografis yaitu tertuju pada hal yang sifatnya individual atau tidak
umum, tetapi menuju individualisasi, serta hanya terjadi sekali atau
bersifat einmalig. Artinya, tidak dapat diulangi dan tidak pula
dapat diduga atau diramalkan. Metode ini semata-mata suatu usaha untuk
melukiskan gagasan atau ide dari objek.
11) Al-Ghazali
Al-Ghazali[7]) secara
filosofis membagi ilmu ke dalam ilmu syar’iyyah dan ilmu aqliyyahyaitu
sebagai berikut:
1. Ilmu Syar’iyyah
a) Ilmu
tentang prinsip-prinsip dasar (al-ushul)
Ilmu
tentang keesaan Tuhan (al-tauhid)
Ilmu
tentang kenabian.
Ilmu
tentang akhirat atau eskatoogis
Ilmu
tentang sumber pengetahuan religious. Yaitu Al-Quran dan Al-Sunnah (primer),
ijma’ dan tradisi para sahabat (sekunder), ilmu ini terbagi menjadi dua
kategori:
i. Ilmu-ilmu
pengantar (ilmu alat)
ii. Ilmu-ilmu
pelengkap.
b) Ilmu
tentang cabang-cabang (furu’)
Ilmu
tentang kewajiban manusia terhadap Tuhan (ibadah)
Ilmu
tentang kewajiban manusia kepada masyarakat:
i. Ilmu
tentang transaksi
ii. Ilmu
tentang kewajiban kontraktual
Ilmu
tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak)
2. Ilmu Aqliyyah
a) Matematika:
aritmatika, geometri, astronomi dan astrologi, music
b) Logika
c) Fisika/ilmu
alam: kedokteran, meteorology, mineralogy, kimia
d) Ilmu tentang wujud
di luar alam, atau metafisika:
Ontologi
Pengetahuan
tentang esensi, sifat, dan aktivitas Ilahi.
Pengetahuan
tentang substansi-substansi sederhana.
Pengetahuan
tentang dunia halus.
Ilmu
tentang kenabian dan fenomena kewalian ilmu tentang mimpi.
Teurgi (nairanjiyyat).
Ilmu ini mengemukakan kekuatan-kekuatan bumi untuk menghasilkan efek tampak
seperti supernatural.
Pembagian ilmu-ilmu dewasa ini menimbulkan perincian yang
dinamakan disiplin ilmu dan cabang ilmu dalam masyarakat ilmuwan. Saat ini,
klasifikasi ilmu didukung banyak ahli. Adapun ilmu tersebut dibagi menjadi:
1) Ilmu
pengetahuan Aprori (rasional). Teori ilmu pengetahuan menuntut penyadaran kita
terhadap pengertian pengetahuan. Penyadaran terhadap pengetahuan yang
berdasarkan pengalaman serta pengetahuan yang tidak bergantung pada pengalaman.
Penyadaran pertama menimbulkan pengetahuan apriori (sebelum pengalaman).
Penyadaran kedua atau terakhir menghasilkan ilmu pengetahuan aposteroiri
(sesudah pengalaman).
2) Ilmu
pengetahuan alam dan rohani. Ilmu pengetahuan alam dan rohani berbeda karena
objeknya. Perbedaan pertama, berobjekan pada hal-hal yang cukup dijangkau atas
dasar kategori kausalitas. Dengan kata lain, objek ilmu tersebut dapat
diterangkan dengan mempersoalkan sebabnya. Objek ilmu pengetahuan rohani yaitu
manusia dengan kehidupan rohaninya, tidak mungkin hanya dipandang sebagai benda
mati atau benda hidup.
Selain itu tedapat pula pengkalsifikasian ilmu yang terdapat
dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan[8]) tentang
Perguruan Tinggi Nomor: 22 Tahun 1961 di Indonesia yang terdiri atas empat
kelompok sebagai berikut:
a. Ilmu
Agama/Kerohanian, yang meliputi:
· Ilmu
Agama
· Ilmu
Jiwa
b. Ilmu
Kebudayaan, yang meliputi:
· Ilmu
Sastra
· Ilmu
Sejarah
· Ilmu
Pendidikan
· Ilmu
Filsafat
c. Ilmu
Sosial, yang meliputi:
· Ilmu
Hukum
· Ilmu
Ekonomi
· Ilmu
Sosial Politik
· Ilmu
Ketatanegaraan dan Ketataniagaan
d. Ilmu
Eksakta dan Teknik, yang meliputi:
· Ilmu
Hayat
· Ilmu
Kedokteran
· Ilmu
Farmasi
· Ilmu
Kedokteran Hewan
· Ilmu
Pertanian
· Ilmu
Pasti Alam
· Ilmu
Teknik
· Ilmu
Geologi
· Ilmu
Oceanografi
C. Hierarki Ilmu
Hierarki ilmu merupakan urutan atau tingkatan dari ilmu. Secara
umum ada tiga basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara hierarkis
ilmu-ilmu metodologis, ontologism dan etis. Hampir ketiga kriteria ini dipakai
dan diterima oleh para ilmuwan muslim sesudahnya membuat klasifikasi ilmu-ilmu.
Sebagaimana telah dikemukakan suatu disiplin ilmu terbagi dalam
sejumlah specialty yang dalam bahasa Indonesia sebaiknya disebut cabang ilmu.
Cabang ilmu atau specialty pada umumnya juga telah tumbuh cukup luas sehingga
dapat dibagi lebih terperinci menjadi beberapa ranting ilmu. Kadang-kadang
sesuatu ranting ilmu yang cukup pesat pertumbuhannya bisa mempunyai perincian
lebih lanjut yang kami sebut tangkai ilmu. Jadi, dalam ruang lingkup sesuatu
jenis ilmu yang bercorak teoritis atau praktis terdapat urutan tata jenjang
yang merupakan hierarki ilmu sebagai
berikut:
Jenis
Ilmu
Rumpun
Ilmu
Cabang
Ilmu
Tangkai
Ilmu
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Banyak
pengklasifikasian ilmu yang dikemukakan oleh para ahli dengan cara yang
berbeda-beda pula, yaitu: klasifikasi berdasarkan subjek (Francis Bacon), objek
(Aristoteles) serta metode (Wilhelm Windelband). Adapun ahli lain seperti The
Liang Gie yang mengklasifikasikan ilmu berdasarkan jenis dan ragamnya, Cristian
Wolff mengklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar, Auguste Comte
mengklasifikasikan berdasarkan sejarah ilmu itu sendiri, Karl Raimund Popper
membagi menjadi tiga dunia, Thomas S. Kuhn dengan teori paradigmanya serta Jurgen
Habermas berdasarkan sifat dan jenis ilmu. Sedangkan menurut Islam yang
dikemukakan oleh Al-Ghazali membagi ilmu secara filosofis.
2. Hierarki
ilmu yaitu urutan tata jenjang ilmu atau tingkatan-tingkatan dari ilmu yang
dimulai dari jenis ilmu kemudian rumpun ilmu selanjutnya cabang ilmu dan
terakhir yaitu tangkai ilmu.
B. Saran
Adapun saran yang disampaikan penulis yaitu dalam pembuatan
makalah haruslah sesuai dengan prosedur dalam pembuatan makalah yang
sesungguhnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Pandia,
Wisma. Filsafat Ilmu. Sekolah tinggi Theologi Injili
Philadelphia.
Salam,
Burhanuddin. 2000. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo.
2008. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.
Jakarta:
Bumi Aksara.
Wiramihardja,
Sutardjo. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT.Refika
Aditama.
[3] ) Surajiyo, Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia,( Jakarta:
Bumi Aksara, 2008) hal 64.
[4] ) Surajiyo, Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008)
hal 69.
[5] ) Surajiyo, Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2008) hal 70.
Comments
Post a Comment