JOMBLO SEJATI: Antara Kehinaan dan Kemuliaan
Cinta adalah sebuah anugerah yang
paling besar yang telah dberikan oleh sang khalik kepada umat-Nya.
Termasuk manusia di dalamnya, banyak orang mencoba menginterpretasikan
apa itu cinta. Seorang pujangga yang begitu antusius dalam mendendangkan
nada-nada cinta dan menuangkan cintanya melalui sebuah syair, dan
seorang musisi menuangkan cintanya melalui sebuah lagu. Cinta telah
menjadi sebuah sejarahnya sendiri dalam tatanan kehidupan manusia.
Cinta
akan terus masuk mengisi dalam relung-relung sendi jiwa. telah terbuai
dalam sebuah cinta rasa adalah sebuah keniscayaan bagi setiap keturunan
Adam untuk memiliki sebuah perasaan menggebu kepada lawan jenisnya,
orang sering menyebutnya dengan nama cinta, sayang, kasih, rindu dan
masih banyak lagi perwakilan kata dari perasaan tersebut, dan tentu saja
nama-nama tersebut dalam konotasi dan orientasi yang lebih sempit,
yaitu -seperti ditegaskan diawal- cinta pada lawan jenis. Namun yang
menjadi pertanyaan berikutnya adalah untuk apa perasaan tersebut
diberikan oleh Tuhan? terlepas dari jawaban yang spekulatif maupun
subjektif, perasaan tersebut diciptakan untuk; pertama, menjaga alam
semesta dari kehancuran, seperti yang kita ketahui, ketika kaum nabi
Luth a.s memberikan perasaan cintanya kepada sesama jenis, beberapa
waktu kemudian muncullah azab yang menghancurkan kehidupan mereka.
Kedua, untuk memberikan kepada manusia sebuah keadan yang tenang, damai,
indah dan yang sejenisnya, bagi seorang manusia tentu membutuhkan
penenang jiwa, pelipur lara dan penghapus air mata, kita bisa bercermin
dari kisah seorang Adam, betapa kesepiannya Adam ketika ia baru saja
diciptakan oleh Tuhan dan membuatnya mengajukan sebuah permintaan untuk
mendapatkan seorang teman sejati yang pada akhirnya Hawa-pun diciptakan
dari emanasinya. Bisa jadi ketika Tuhan tidak menciptakan seorang Hawa,
kehidupan Adam akan sangat tersiksa sekali, karena walaupun kebutuhan
jasmaninya bisa terjamin, tetapi kebutuhan spiritualnya tidak dapat
terpenuhi, dan kalau keadaanya sudah begitu membawa kepada sebuah
kondisi Adam hampa dan membawanya kepada titik jenuh yang kemudian
mengantarkan pada kematian dalam kesepian dan dalam keadaan sia-sia.
Namun tidak sedikit orang salah dalam mengelola perasaan tersebut, bahkan Adam sendiripun terbuai dalam keindahan perasaannya sehingga membuatnya diusir dari surga beserta pasangannya, Hawa. Selain cerita tersebut, masih banyak lagi dongeng-dongeng yang menceritakan tentang itu, Seperti Qais Yang menjadi gila sampai akhir hayatnya karena ia tidak bisa memiliki Laila, kemudian ada juga Zualikha yang membuat Yusuf a.s masuk penjara karena difitnah telah memperkosanya, padahal Zulaikha sendiri yang tidak bisa menjaga perasaanya pada Yusuf, dan masih banyak cerita-cerita lain yang ada dan terjadi disekitar kita, itu semua terjadi karena kekuatan cinta yang tidak atau kurang dijaga dengan baik.
Cerita diatas bisa dikatakan cukup representatif dalam menilai bahwa cinta mengandung unsur kekuatan yang sangat dahsyat, sehingga terkadang dengan kekuatan itu membuat manusia lupa pada diri sendiri dan kemudian mengantarkannya pada jurang kerugian, oleh sebab itu kaum sufi menawarkan sebuah konsep tentang mahabbah dalam tataran ilmu tashawuf, dengan konsep ini pula membuat Rabiah al-Adawiyyah Almuhasibi, dan kawan-kawan mereka kemudian diangkat menjadi seorang waliyulah, oleh seba itu, semestinya kekuatan cinta yang kita miliki diberikan kepada sang Khaliq dan biarkan Dia yang mengelola perasaan itu. Namun disatu sisi cukup kesulitan juga bagi kita untuk menjadi seorang Rabiah ataupun Almahasibi, kecuali dengan kesungguhan niat, karena keadaan dan kultur saat ini telah memberikan harga yang sangat mahal untuk mendapatkan konsep mahabbah tersebut dan ketika kita kesulitan dalam membelinya, maka alternatif selanjutnya adalah menjaga perasaan tersebut dengan cara meninggalkan kegiatan pacaran, ini dilakukan demi menjaga diri sendiri dan kehidupan dunia dari hal-hal yang memberikan dampak kepada kerusakan dan kemudian disalurkan kepada hal-hal yang bersifat positif, entah itu dengan kegiatan belajar, bekerja, berjuang dan lain sebagainya. Maka, bukanlah sebuah kesialan ataupun kenaasan bagi mahasiswa-mahasiswi, pemuda-pemudi dan remaja-remaji -yang belum menikah- dan tidak memiliki pasangan, justru itu adalah sebuah bentuk apresiasi dari Tuhan, karena berpartisipasi dalam menjaga lalu lintas kehidupan. Pada saat yang sama, ketika tidak memiliki pasangan bukan berarti sebagai kelompok atau golongan yang menjadi pengikut kaum Nabi Luth, semua dilakukan karena ada hal yang jauh lebih penting dari pada sekedar pacaran.
Barbangga hatilah sebagai kaum jomblo, tapi bukan berarti bahagia sepenuhnya melainkan, Cuma sebatas bersenang-senanglah dalam menyiapkan masa depanmu kawan…yakinlah dengan kalam Tuhan yang menyatakan bahwa kita diciptakan untuk tidak sendirian, kita diciptakan dengan berpasang-pasangan, pasangan kalian masih ada di alam idea kalian, dan sambutlah kehadiran mereka dengan sabar, tawakkal, tenang dan bahagia…
Namun tidak sedikit orang salah dalam mengelola perasaan tersebut, bahkan Adam sendiripun terbuai dalam keindahan perasaannya sehingga membuatnya diusir dari surga beserta pasangannya, Hawa. Selain cerita tersebut, masih banyak lagi dongeng-dongeng yang menceritakan tentang itu, Seperti Qais Yang menjadi gila sampai akhir hayatnya karena ia tidak bisa memiliki Laila, kemudian ada juga Zualikha yang membuat Yusuf a.s masuk penjara karena difitnah telah memperkosanya, padahal Zulaikha sendiri yang tidak bisa menjaga perasaanya pada Yusuf, dan masih banyak cerita-cerita lain yang ada dan terjadi disekitar kita, itu semua terjadi karena kekuatan cinta yang tidak atau kurang dijaga dengan baik.
Cerita diatas bisa dikatakan cukup representatif dalam menilai bahwa cinta mengandung unsur kekuatan yang sangat dahsyat, sehingga terkadang dengan kekuatan itu membuat manusia lupa pada diri sendiri dan kemudian mengantarkannya pada jurang kerugian, oleh sebab itu kaum sufi menawarkan sebuah konsep tentang mahabbah dalam tataran ilmu tashawuf, dengan konsep ini pula membuat Rabiah al-Adawiyyah Almuhasibi, dan kawan-kawan mereka kemudian diangkat menjadi seorang waliyulah, oleh seba itu, semestinya kekuatan cinta yang kita miliki diberikan kepada sang Khaliq dan biarkan Dia yang mengelola perasaan itu. Namun disatu sisi cukup kesulitan juga bagi kita untuk menjadi seorang Rabiah ataupun Almahasibi, kecuali dengan kesungguhan niat, karena keadaan dan kultur saat ini telah memberikan harga yang sangat mahal untuk mendapatkan konsep mahabbah tersebut dan ketika kita kesulitan dalam membelinya, maka alternatif selanjutnya adalah menjaga perasaan tersebut dengan cara meninggalkan kegiatan pacaran, ini dilakukan demi menjaga diri sendiri dan kehidupan dunia dari hal-hal yang memberikan dampak kepada kerusakan dan kemudian disalurkan kepada hal-hal yang bersifat positif, entah itu dengan kegiatan belajar, bekerja, berjuang dan lain sebagainya. Maka, bukanlah sebuah kesialan ataupun kenaasan bagi mahasiswa-mahasiswi, pemuda-pemudi dan remaja-remaji -yang belum menikah- dan tidak memiliki pasangan, justru itu adalah sebuah bentuk apresiasi dari Tuhan, karena berpartisipasi dalam menjaga lalu lintas kehidupan. Pada saat yang sama, ketika tidak memiliki pasangan bukan berarti sebagai kelompok atau golongan yang menjadi pengikut kaum Nabi Luth, semua dilakukan karena ada hal yang jauh lebih penting dari pada sekedar pacaran.
Barbangga hatilah sebagai kaum jomblo, tapi bukan berarti bahagia sepenuhnya melainkan, Cuma sebatas bersenang-senanglah dalam menyiapkan masa depanmu kawan…yakinlah dengan kalam Tuhan yang menyatakan bahwa kita diciptakan untuk tidak sendirian, kita diciptakan dengan berpasang-pasangan, pasangan kalian masih ada di alam idea kalian, dan sambutlah kehadiran mereka dengan sabar, tawakkal, tenang dan bahagia…
Comments
Post a Comment